Pikiran Gue tentang Korupsi

Pikiran Rizki penuh dengan kontradiksi-kontradiksi antara mendukung dibasminya para koruptor, di lain pihak mencurigai konspirasi-konspirasi politik dengan menjadikan koruptor kelas teri sebagai isu-isu bersama.

   “Memang” Kata Rizki, “tampaknya korupsi itu sudah terukur dan kuantitatif sifatnya. Tapi bagaimana jika penjual bakso me-mark-up harga bakso satu mangkuk yang biasanya Cuma Rp.7.500,- tapi kemudian memasok harga 20.000 semangkuk. Pengalaman ini saya alami sendiri ketika saya membelikan bakso anak dan istri saya di alunalun kota Malang”

   “Kalau yang demikian, saya sulit memutuskan, apakah korupsi atau pemerasan” Jawab Kaji Harso.

   “Nah, masalah pemerasan termasuk korupsi atau tidak, dan sepanjang perbincangan kita, saya memperoleh pemahaman bahwa korupsi itu jika pelakunya aparatur Negara. Saya mempunyai pengalaman menarik, seorang teman berunding dengan saya untuk patungan membayar ‘uang tebusan’ karena anaknya dan keponakan saya ditangkap polisi ketika sedang ‘main gaple’ dalam acara ‘cuplak’-an, menurut teman saya main judi itu tidak pakai uang. Tapi itu pasti disangkal polisi, dan oknum ini berjanji bahwa jika tidak dibayar ‘uang tebusan’ itu kasusnya akan diteruskan. Menurut sampean, apakah ini termasuk jenis korupsi?”

   “Lagi-lagi saya sulit menjawabnya, karena saya bukan ahli hukum. Tapi bagaimanapun judi melanggar hukum dan pelakunya harus diadili”

   “Saya juga bukan ahli hukum, dan saya semakin binggung sebab, ada judi yang luput dari jeratan hukum”

  “Lho…judi macam apa itu, yang luput dari hukum?”

  “Kalau sampean ke Pasar Gading, di sana judi dilindungi dari awal malam hingga menjelang subuh, tapi kenapa anak teman saya dan keponakan saya dianggap melanggar hukum, sementara pada saat yang sama judi di tempat lain luput dari hukum karena ditempat itu dijaga ‘penegak hukum’?”

  Setelah itu suasan menjadi hening. Tanpa terasa matahari berjalan menepati janjinya, janji untuk  istirahat dan memberi kesempatan malam merangkul mahluk-mahluk malam.